Tak Perlu Kau & Aku Katakan “Keindahannya”

Aku  masih teringat, terakhir waktu kita berjumpa dulu, saat semua terasa indah, kita duduk dibawah pohon tua yang agak rindang itu. Sesaat, kita hanya diam satu sama lain, memandangi langit cerah, yang kala itu agak tertutup awan tipis, menghalangi sedkit sinar matahari kearah kita.
Bayang-bayang daun itu, rasa-bau dari tanah yang kita duduki, rasanya, membawa ke lamunan kita masing-masing. Iya, aku masih ingat semuanya.

Hingga buaian ku terpecah, saat itu….

Namun kenapa, sampai saat ini, masih saja, kau yang membayangiku, membawaku hingga tiba di titik ini (?)

“Kamu tau kan? Kalau cinta itu pasti harus memilih? Pasti harus ada yang ditinggalkan?” Aku hanya termangu mendengarnya, tak sanggup aku melihat wajahmu itu, selalu saja…

“Kalau bisa, aku juga menginginkannya, amat sangat, meskipun ini salah, iya kan? Kau memalingkan wajahmu kearahku, “tidak!!!” Aku berteriak dalam hati. Lagi, kenapa kau melihatku seperti itu ?

Aku hanya tersenyum, masih saja kupandangi langit lewan dahan tua pohon itu. Indah sekali kulihat, sangat indah, tak perlu kukatakan indah, kau juga merasakannya.

“Hei, ada satu hal yang harus kupilih, seperti cinta paksaan, ada yang mencintaiku lebih darimu, aku harus memilih dia, mau tak mau. Maaf ya, aku… aaku benar-benar tidak menginginkannya, tapi ini…” Kau katakan semua itu dengan nada yang hampir sesegukan, ingin rasanya aku memelukmu, tapi… kau hanya menunduk lesu, terdiam.

“Haha, iya-iya aku tahu kok, lagian itu juga bukan pilihanmu kan. Sudahlah, jangan bicara seperti waktu akan habis saat ini juga, lain waktu, lain hari, lain kesempatan, mungkin ditempat yang sama, ditempat ini, kita bisa seperti ini lagi kan? Lagipula memandang langit dari bawah pohon tua ini, indah bukan?” 

Saat itu juga, kupalingkan wajahku kearahmu, kau mengangkat wajahmu juga ternyata, haha, airmata melinangi wajahmu. Entah kenapa, aku melihat keindahan baru dari sana, dari airmata yang menghiasi wajahmu, dari senyum yang kau buat, setelah aku mengatakan semuanya.

—————————————————————
Aku tahu cinta dan kasih-Nya jauh melebihi semua perasaan ku padamu, atau darimu untukku, aku tahu itu. Aku tahu cinta-Nya bukan pilihan, tapi cinta-Nya mutlak. Aku tahu, kau sebenarnya merindukan cinta-Nya.

Aku juga tahu, kehadiran ku dalam hidupmu, yang juga pilihanmu, tidak membawa kedamaian itu, keindahan yang kau inginkan. Apa yang dapat kulakukan, saat itu, saat kau menangis, kala kau bagaimana rasa sakit mencintai tanpa tahu bagaimana dicintai, aku hanya membawamu ketempat rahasiaku, dibawah pohon tua rindang, memandangi langit dan kau katakan “haaaha, indah sekali disini!!” Sambil tertawa, sambil kau usap airmatamu, aku hanya tersenyum melihat wajahmu waktu itu, ya, tersenyum untuk pertama kalinya, setelah bertahun lalu aku merasakan hal yang sama denganmu seperti saat itu. 

Aku menemukan keindahan itu didirimu, diwajahmu yang damai. Keindahan yang rasanya, mencintaimu tanpa balas pun, itu sebuah keindahan. Ketulusan hati, indahnya sapa mu, aku menemukan keindahan yang kudambakan.

Hingga aku tahu, bahwa Tuhan sangat mengasihimu, sahabatku. Sebuah pilihan-Nya, kau harus pergi bersama-Nya, cinta-Nya tulus padamu.

Aku bahagia, aku juga patah arang, aku juga hilang asa. Kau sudah pergi sahabatku! Maaf kehadiranku tak berkesan selama ini. 

Tapi… Terimakasih, aku sangat beterimakasih, kehadiranmu, membawaku hingga saat ini. Terimakasih, kau telah datang dalam riak nya hatiku, kau bawa keindahan dan kedamaian itu. Terimakasih, hidupmu, menjadi hidupku.

—————————————————————

Sekarang, aku selalu ketempat ini, pohon tua yang menemani hari-hari kita saat-saat itu. Bayang-bayangmu masih kurasakan, jatuh dibawah rindangnya daun pohon tua, tertimpa langit biru yang aku dan kau tak perlu katakan,  keindahannya.

Leave a comment